20170602

Lihatlah, Lakukanlah..

Ada hal yang selalu menjadi perhatian ketika berada di sini.
Jenis perhatian berupa simpati, yang terkadang mengarah ke empati.
Ketika berhenti di pinggiran jalan tengah kota, taman-taman yang ramai orang lalu lalang, bahkan di warung makan sederhana, ada lah dia.
Iya, dia dan mereka yang memperoleh biaya hidup dari berjualan koran dan majalah. Anak-anak kecil yang keliling menawarkan koran di siang hingga malam hari. Terkadang masih dengan celana/rok sekolahnya, merah, maka dari itu pun saya tau.
"Ibu, koran ko?"
"Dua ribu saa..!"
Padahal saya tau, kalau pagi ada remaja atau bapak-bapak yang menjualnya seharga Rp. 3.000,- atau Rp. 4.000,-
Saya tau memang tidak membutuhkannya, tetapi sekali dua kali ingin untuk sekedar membelinya. Bukankah mereka juga butuh uang untuk hidup?
Dan saya sangat lebih menghargai mereka dibanding orang-orang (yang lebih dewasa dan kuat) yang selalu menagih parkir di mana pun kita berada.
Yah, tetapi tetap, kita semua butuh pekerjaan, butuh uang.
Ada lagi anak-anak yang selalu menyambangi ketika tiba di parkir sebuah mall. Benar-benar saat kita tiba di parkir. Mereka akan segera menghampiri sambil membawa kripik pedas dari olahan ubi yang digoreng kering. Dan berminyak. Terlalu berminyak.
"Ka, beli satu do.. "
" Tolong do kaka"
Okay, saya tidak tega. Tetapi bisa kah ditawari ketika kita selesai berbelanja?
Kadang saya memberi alasan ke suami bahwa ingin membeli untuk cemilan di kantor dengan teman-teman.
Sesungguhnya, saya empati. Iba. Ingin melakukan sesuatu walau hanya bisa dengan membeli.
Mereka juga pasti butuh makan, butuh biaya hidup lainnya. Apalagi masih bersekolah.
Selain itu, di depan rumah makan ataupun supermarket, akan terlihat laki-laki, kebanyakan masih muda, belum 40-an, berdiri memegangi beberapa kemoceng. Sekilas tampak masih sangat kuat, mampu bekerja. Padahal, sejatinya, mereka tidak dapat melihat. Mereka tetap bekerja. Apalagi melihat salah satu kakek tuna netra yang selalu ditemani oleh cucunya. Duduk di depan sebuah supermarket. Menjual kemoceng. Menunggu. Menanti seseorang yang mau membeli. Tidak tahan melihatnya. Sedih. Mereka mampu bertahan dan tidak mengeluh dengan keadaan.
Sedangkan saya, sedikit-sedikit mengeluh. Memalukan.
Dan paling sedih kalau lihat orang tua, mungkin sudah di atas setengah abad, berjalan kaki sembari membawa plastik atau karung. Kalian pasti sudah bisa menebak. Iya, mereka memungut kaleng atau botol bekas. Masih ada. Saya pernah melihat beberapa kali.
Terlalu sedih rasanya, mata berkaca, tetapi tetap tegar melihatnya. Belajar dari mereka, bagaimana perjuangan hidup. Bagaimana tidak menyerah dengan usia. Mereka kuat. Orang-orang tangguh.
Ada banyak hal yang bisa kita lihat, pelajari dan terapkan di kehidupan.
Itu kalau kita mau melihat sekitar.
Melihat dengan mata, dengan hati.
Terkadang membuat kita haru dan menangis, inginkan kita untuk bertindak.
Walau hal yang tidak besar.
Karena saya tau, perubahan itu berawal dari hal-hal kecil.
Lihatlah, dan Lakukanlah.

Tidak ada komentar: