20170711

Cerita Seorang Kaka

Hari ini dia memanggilku, memaksaku menghampirinya. Orang yang sudah lama aku kenal, namun baru akrab beberapa hari belakangan ini. Panggil saja kaka.
Diantara orang-orang di sekitarnya, menurutku dialah yang paling normal. Maksudku, karena yang lain bagiku kurang mendekati kepribadianku.
Pribadi yang cenderung menutup diri dari orang lain.
Tiba-tiba hari ini dia bercerita banyak. Tentang pribadinya. Tentang perjuangannya menjadi seorang istri, seorang menantu, dan utamanya adalah seorang Ibu untuk anak-anaknya.
Entah kenapa kami nyambung. Seperti mengobrol dengan teman baik yang terasa lama telah tidak bertemu.
Padahal kami beda 10 tahun kurang lebih.
Namun perbincangan ini hangat dan menggebu. Sharing satu sama lainnya. Bahkan kita sampai juga pada curhat kondisi rumah tangga masing-masing.
Saya kagum padanya. Bagaimana dia sabar menghadapi yang telah terjadi belasan tahun ini. Bagaimana belajar ikhlas. Bagaimana menghormati yang sepatutnya dihormati. Belajar senantiasa mengayomi, sembari berkarir. Menjadi pekerja kantoran, dan juga sebagai ibu rumah tangga.
Intinya, berusaha tegar menjalani keadaan.
Berusaha, dan terus berdoa.
Karena dia percaya bahwa doa mengubah segalanya.
Doa membuat seseorang menjadi lebih baik.
Doa seorang istri untuk suami dan anak-anaknya.
Dan, ingatlah, kesuksesan dan rejeki seorang suami adalah bersumber dari kebahagiaan seorang istri.
Maka, janganlah membuat Istri menangis, begitu tutupnya.