Kata mama, jangan deh main-main ke Pulau-pulau gitu. Naik perahu kecil atau apalah gitu. Mungkin karena saya sempat cerita sewaktu jalan-jalan di pulau-pulau di Alor, sailing dengan perahu kecil, dengan ombak yang w-o-w. Beda dengan waktu di Labuan Bajo, tiga hari di lautan dengan kapal besar, walau kadang ombaknya masih bikin agak pusing. Yah, mau gimana lagi, Nusa Tenggara Timur kan terdiri dari pulau-pulau, dan itu lah yang bikin cantik!
Kali ini kita jalan-jalan masih di Kabupaten Kupang Nusa
Tenggara Timur. Hanya saja, lokasinya bukan di daratan Timor, melainkan di
Pulau kecil di seberang Kupang. Namanya Pulau Semau. Orang-orang mengatakannya
sebagai pulau mistik dan angker. Sebaiknya jangan berkata kasar, tidak
melakukan hal-hal yang aneh, tidak buang air kecil sembarangan atau juga tidak
mandi di laut jika tidak diijinkan penduduk setempat. (Lebih jelasnya baca disini)
Kita meluncur pagi-pagi ke Pelabuhan Bolok (Map Pelabuhan Bolok). Tiba jam 7.30 WITA dan bergegas membeli tiket kapal Feri. Menyebrang menuju
Pelabuhan Hansisi hanya sebentar, tidak sampai 1 jam. Dan, ketika tiba di Pulau
Semau, suasana benar-benar berbeda. Situasi jalan yang berbatu dan berdebu,
pohon-pohon sepanjang kiri kanan yang mulai agak menghijau, dan tentu saja
tidak ada papan penunjuk jalan. Kalau istilah teman sih pakai saja GPS (Gunakan
Penduduk Setempat). Memang saat turun dari Kapal, suasana riuh orang-orang
masih ada, dan memang ramai. Tetapi, saat sudah memasuki pulau lebih dalam,
suasana semakin sepi. Jadi bagaimana solusi GPS bisa dijalankan?
DESTINASI YANG WAJIB DIKUNJUNGI DI PULAU
SEMAU :
PANTAI OTAN
Pantai yang landai dengan pasir yang benar-benar putih, laut
yang biru muda terang berombak, dengan langit biru yang tertutup sedikit gumpalan
awan. Sinar matahari sangat terik, menjadikan kilau air dan pasir semakin cantik.
Pohon-pohon Pudak (dalam Bahasa Bali)
berjejer di pesisir cocok sebagai tempat berteduh sembari ngemil dan membaca
buku. Ada beberapa penduduk lokal sedang bahu membahu membangun pemukiman kecil
di pinggir laut. Mereka sangat ramah.
Pantai Otan. Cocok untuk mandi karena ombak tidak terlalu besar. |
Check Map menuju Pantai Otan dari Pelabuhan Hansisi.
PANTAI UITIUHTUAN
Pantai ini dekat dengan Pantai Otan, letaknya di Desa
Uitiuhtuan. Suasana sepi sekali, tanpa ada pemukiman dan penduduk local di
sekitar pantai. Pohon kelapa berjejer di sepanjang pinggiran pantai. Laut dan
langit yang biru, pasirnya putih yang panjang namun terdapat beberapa sampah
organik yang berserakan. Kalo pribadi sih aku lebih suka Pantai Otan
dibandingkan pantai ini. Tapi tetep sama-sama cantik. Kalau yang mau mengejar
kapal Feri sore, kayaknya ini di skip aja. Langsung lanjut Pantai Liman.
Pantai Uitiuhtuan. Pasir putih yang panjang dan berjejer pohon kelapa di pinggiran pantai. |
Check Map menuju desa Uitiuhtuan dari Pantai Otan.
PANTAI LIMAN
Bagi kebanyakan orang, ini adalah pantai yang paling terkenal
dari pulau Semau. Suasana paling bagus saat kita naik ke Bukit Liman dan dapat
melihat sekeliling pantai dengan pasir putih mulus dan air laut yang biru
terang di bagian pesisir. Suasana pepohonan yang mulai menghijau juga nampak
sangat menggoda. Ombak di sini lebih besar dari di pantai Otan, sehingga kalau
mau mandi lebih baik di pantai Otan.
Pantai Liman. Pemandangan dari atas Bukit Liman. |
Bukit Liman ditumbuhi pepohonan namun masih dalam kondisi gersang,
hanya beberapa yang mulai tampak hijau sedikit. Karena ini masih memasuki bulan
Oktober yang merupakan puncak panas di Kupang. Untuk mencapai puncak bukit bisa
ditempuh berjalan kaki, dan bahkan bisa dengan motor. Asal hati-hati, karena
tekstur tanah kurang padat. Di ataspun hanya bisa menampung beberapa motor
karena areal puncak yang tidak luas.
Kondisi jalan menanjak menuju Bukit Liman.. |
Bukit di sekitar yang tampak gersang. |
Ada beberapa tempat duduk di bagian bawah Bukit Liman untuk tempat bersantai dan menyantap es kelapa muda. |
Sebelumnya saat menuju Pantai Liman, akan melewati beberapa
ratus meter jalanan dengan kondisi tertutup pasir. Di sini ketahanan motor anda
diuji (hahaha). Harus sabar dan ekstra hati-hati. Ada beberapa ruas pengalihan
jalan yang bisa dilewati berupa jalanan tanah yang padat melewati areal ternak
penduduk. Sampai di bawah bukit langsung tampak penduduk lokal yang berjualan
es kelapa muda. Sudah ada juga toilet. Bisa dibayangkan, mereka berjualan
dengan jarak rumah 4 kilometer dari Bukit Liman, setiap hari dengan medan yang
sama, dan mereka hanya menjual es kelapa muda dengan harga yang wajar Rp.
10.000,-.
PANTAI AKLE & PULAU MERAH
Pulau merah terletak di desa Akle, Semau Selatan. Pulau merah
bisa dikunjungi dengan berjalan kaki dari pesisir pantai di desa Akle. Jalan
pasir berbatu menuju ke sana akan sangat terlihat ketika air laut surut. Menurut
penduduk setempat, aman untuk berjalan menuju pulau Merah. Asal cepat-cepat
kembali saat sekiranya air laut naik/pasang. Di pertengahan jalan menuju pulau
Merah ada sekelompok bakau kecil yang hijau. Tidak begitu jauh dari pesisir
pantai. Dan pulau Merah terlihat jelas.
Tampak Pulau Merah dari atas.
Pulau Merah. Jalan menuju Pulau yang bisa dilewati ketika air surut. |
Pulau Merah tampak dari pesisir pantai. |
Bakau kecil di pertengahan jalan menuju Pulau Merah. |
Di sebelah kiri terdapat pohon-pohon bakau. Tekstur pasir di pantai ini halus dan lebih menyerupai tekstur tanah. Penduduk lokal tidak menyarankan untuk mandi di pantai sekitar lokasi Pulau Merah.
Bakau yang berada di bagian kiri pantai. |
Penduduk pesisir membudidayakan rumput laut, dan juga membuat
garam yang dikeringkan dengan alas kerang kima. Mereka sangat ramah. Mama-mama pembuat garam menjawab
beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Para bapa
pun terlihat saling membantu membawa panen rumput laut sambal bergurau. Dan
banyak anak kecil bermain di halaman menyeringai senang saat kita lewat. Sungguh,
sangat alami dan jauh dari gadget dan
sebagainya.
Pembuatan garam menggunakan wadah dari kerang Kima. |
Check Map menuju Desa Akle (Pulau Merah) dari Bukit Liman.
Atau melewati jalur lingkar di sebelah Bukit Liman (usahakan
bertanya pada penduduk lokal yang berjualan di Bukit Liman. Pada saat Oktober
ini, ada sebagian jalan putus menuju Desa Akle, namun terdapat jalan alternatif
beberapa meter di depannya.
Perahu untuk kembali ke Kupang. |
Pada sore harinya kita kembali ke Kupang dengan menggunakan
perahu. Satu perahu dapat mengangkut sampai dengan 10 buah motor. Dan hitungan
biaya penyebrangannya berdasarkan motor. Sehingga untuk 2 orang yang
menggunakan 1 motor hanya membayar Rp. 50.000,- dan berlabuh di Pelabuhan
Tenau.
Catatan Kecil :
* Datang lebih pagi ke Pelabuhan Bolok agar
tidak ketinggalan kapal menuju Semau
* Bawa makanan dan minuman dari Kupang, karena kios/warung
jarang ditemukan di Pulau
* Ingat bawa tisu basah, karena jalanan penuh
debu dan terasa sangat-sangat tebal menempel di wajah
* Pakai sunblock
jika tidak ingin kulit belang
* Isi penuh tangki motor. Seandainya di Pulau
Semau menemukan kios/warung segera beli bensin dan juga persediaan makan minum.
* Pakai jaket, topi dan masker karena situasi sangat
panas dan berdebu
* Tidak ada sinyal di pulau Semau, kecuali di
pinggiran pulau yang dekat dengan daratan Timor
* Kalau perdana ke sana, sebaiknya dipandu oleh
penduduk lokal untuk menemukan destinasi wisata karena papan petunjuk jalan
masih terbatas
* Akses jalan tidak mulus, ada beberapa yang
telah beraspal namun sudah terukir indah, ada yang berupa jalan tanah berbatu,
dan juga tanah yang tertutup pasir
* Gunakan sepeda motor dengan kondisi baik dan
ban tubeless, atau kalau bisa menyewa
mobil pick up dari Kupang
* Pelabuhan perahu kecil di Semau ada saat sore
dan malam, jadi tenang saja seandainya ketinggalan Kapal Feri sore
* Bawa kamera (kita malah hanya pakai kamera hape, efek males bawa berat-berat)
* Jangan lupa berdoa (wajib!)
BONUS FOTO : (Baca : Sayang kalau gak diupload)
Di kaki Bukit Liman |
Pantai Akle |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar